ᴄᴀʀɪ ᴅɪꜱɪɴɪ

Sunday, August 25, 2024

KERAJAAN TERTUA DI INDONESIA

 


  Kerajaan Kutai Martapura adalah kerajaan tertua di Indonesia yang didirikan sekitar tahun 400 Masehi. Nama asli kerajaan ini sebenarnya adalah Martapura, bukan Martadipura, dan sering kali tidak ada tambahan 'Kutai'. Nama ini ditemukan dalam kitab Salasilah Kutai. Kerajaan ini didirikan oleh Aji Batara Agung Dewa Sakti, dan lokasinya berada di hulu Sungai Mahakam, tepatnya di Muara Kaman.

   Bukti keberadaan Kerajaan Martapura ditemukan dalam bentuk prasasti Kutai, yang dikenal sebagai Yupa. Yupa adalah tugu batu prasasti yang dibuat oleh kaum Brahmana dengan tulisan dalam bahasa Sanskerta untuk mengenang kedermawanan Raja Mulawarman. Prasasti ini mencatat sejarah dan kejayaan kerajaan, termasuk tentang silsilah, tempat sedekah, dan masa kejayaan kerajaan.

 


   Menurut prasasti Yupa, silsilah Kerajaan Martapura dimulai dari Maharaja Kundungga, pendiri dinasti kerajaan ini. Raja Mulawarman, keturunan Maharaja Kundungga, dikenal sangat dermawan dan pernah memberikan sedekah berupa 20.000 ekor lembu kepada para Brahmana di tempat suci Waprakeswara.

   Kerajaan Martapura mencapai puncak kejayaannya di bawah pemerintahan Raja Mulawarman, yang dikenal bijaksana dan sangat royal dalam urusan religius. Beliau memberikan hadiah emas, tanah, dan ternak kepada para Brahmana dan mengadakan upacara sedekah Waprakeswara yang menunjukkan adanya penggabungan budaya Hindu dan lokal.

   Selain dikenal sebagai pusat perdagangan antara China dan India, Kerajaan Martapura juga unggul dalam pertanian. Kedua sektor ini berperan penting dalam perkembangan ekonomi kerajaan, menjadikannya pusat aktivitas perdagangan dan pertanian di wilayah tersebut.

  Masa kejayaan kerajaan ini berakhir pada tahun 1653, ketika Raja Dharma Selia memerintah. Runtuhnya Kerajaan Martapura disebabkan oleh agresi militer dari Kerajaan Kutai Kartanegara, yang dipimpin oleh Raja Aji Pangeran Anum Panji Mendapa.

   Pada tahun 1643, Kesultanan Kutai Kartanegara berhasil menaklukkan Kerajaan Martapura dan menggabungkannya menjadi satu kerajaan bernama Kertanegara ing Martapura. Penyatuan ini menandai berakhirnya kedaulatan Kerajaan Martapura dan penguasaan oleh Kerajaan Kutai Kartanegara.


sumber: https://www.detik.com/edu


Blog ke 3

SEBELUM NUSANTARA

  


  Sebelum menjadi Indonesia, wilayah Nusantara memiliki berbagai nama. Dimulai dari "Dwipantara" yang diberikan oleh pedagang India, kemudian "Nusantara" pada masa Kerajaan Majapahit. Setelah kedatangan bangsa Eropa, nama "Hindia Belanda" digunakan untuk menyebut wilayah ini.

  Nama "Indonesia" pertama kali muncul pada abad ke-19. Istilah ini diperkenalkan oleh para ilmuwan Eropa dan kemudian dipopulerkan oleh pergerakan nasional Indonesia. Nama ini resmi diadopsi pada Sumpah Pemuda tahun 1928. Selain "Indonesia", wilayah Nusantara juga memiliki julukan seperti "Zamrud Khatulistiwa" yang menggambarkan keindahan alamnya.

1. Dari Dwipantara hingga Nusantara

  Sebelum bernama Indonesia, wilayah Nusantara dikenal dengan berbagai nama. Dimulai dari "Dwipantara", sebuah istilah Sanskerta yang berarti "pulau seberang", yang diberikan oleh pedagang India. Kemudian, pada masa Kerajaan Majapahit, istilah "Nusantara" menjadi populer. Istilah ini merujuk pada seluruh wilayah kekuasaan Majapahit dan sekitarnya.

2. Era Kolonial: Hindia Belanda

  Kedatangan bangsa Eropa, terutama Portugis dan Belanda, membawa perubahan nama. Wilayah Nusantara disebut "Hindia" karena letaknya yang berdekatan dengan Samudra Hindia. Belanda kemudian mengklaim wilayah ini dan mengubah namanya menjadi "Hindia Belanda"

3. Munculnya Nama Indonesia

  Pada abad ke-19, muncul berbagai usulan nama baru untuk menggantikan "Hindia Belanda". Ilmuwan Inggris, James Richardson Logan, pertama kali memperkenalkan nama "Indonesia". Nama ini kemudian dipopulerkan oleh etnolog Jerman, Adolf Bastian.

4. Penetapan Nama Indonesia

   Nama "Indonesia" semakin populer di kalangan pergerakan nasional Indonesia. Pada Sumpah Pemuda tahun 1928, nama "Indonesia" secara resmi diadopsi sebagai nama tanah air dan bahasa persatuan.

5. Julukan Zamrud Khatulistiwa

   Selain nama resminya, Indonesia juga memiliki julukan "Zamrud Khatulistiwa". Julukan ini menggambarkan keindahan alam Indonesia yang hijau dan letaknya yang strategis di garis khatulistiwa.

6. Makna di Balik Nama-Nama

   Setiap nama yang pernah diberikan kepada wilayah Nusantara memiliki makna dan sejarah tersendiri. Pergantian nama ini mencerminkan dinamika sejarah dan perjuangan bangsa Indonesia untuk meraih kemerdekaan dan identitas nasional.

   Sejarah nama Indonesia adalah perjalanan panjang yang mencerminkan pengaruh berbagai budaya dan peristiwa penting. Dari "Dwipantara" hingga "Indonesia", setiap nama memiliki cerita dan makna yang unik. Nama "Indonesia" yang kita kenal saat ini adalah hasil dari perjuangan panjang bangsa Indonesia untuk meraih kemerdekaan dan identitas nasional

    Kesimpulan nya, sejarah nama Indonesia adalah perjalanan panjang yang mencerminkan dinamika sejarah dan perjuangan bangsa Indonesia. Dari berbagai nama yang pernah digunakan, "Indonesia" akhirnya dipilih sebagai identitas nasional yang menyatukan keberagaman wilayah Nusantara.


Sumber: https://youtu.be/gjXVZh8pzzE?si=zMGUhRw8Lj-VKpg4


Blog ke 2

Saturday, August 17, 2024

Vlog 1 PRIBUMI

 



Hallo teman teman 👋🏻👋🏻

Divideo kali ini kami membahas tentang Pribumi. Yuk simak video nyaa🤗🤗

Anggota kelompok 

1. Farras Nur sabrina 

2. Lia Amika 

3. Neisya Mariana Ulfa 


PRIBUMI

  Konsep "pribumi" di Indonesia adalah warisan kolonial yang masih menghantui masyarakat hingga kini. Istilah ini awalnya diciptakan oleh penjajah untuk membedakan antara penduduk asli Nusantara dengan pendatang dari Eropa, Timur Tengah, dan Asia Timur. Pembagian ini menciptakan hierarki sosial yang menempatkan "pribumi" pada posisi paling bawah. Padahal, jika ditelusuri lebih jauh, seluruh penduduk Nusantara, termasuk mereka yang disebut "pribumi", memiliki sejarah migrasi yang panjang dan beragam.



  Sejarah migrasi manusia di Nusantara sangat kompleks. Jauh sebelum kedatangan bangsa Eropa, berbagai kelompok manusia telah bermigrasi ke Nusantara dalam kurun waktu yang sangat panjang. Interaksi antara kelompok-kelompok ini melahirkan keberagaman budaya dan etnis yang kaya. Konsep "pribumi" yang dibuat oleh penjajah telah menyederhanakan kompleksitas sejarah ini dan menciptakan pandangan yang sempit tentang identitas bangsa Indonesia.

   Konsep "pribumi" telah menimbulkan diskriminasi dan perpecahan di masyarakat Indonesia. Selama masa kolonial dan Orde Baru, konsep ini digunakan untuk membenarkan berbagai kebijakan yang merugikan kelompok tertentu. Akibatnya, muncullah kecemburuan sosial dan konflik horizontal yang berakar pada perbedaan etnis dan asal-usul.

   Konsep "pribumi" tidak lagi relevan di Indonesia modern. Dengan berakhirnya Orde Baru, konsep ini secara resmi dihapuskan. Namun, warisan kolonial ini masih meninggalkan bekas yang dalam di masyarakat Indonesia. Untuk membangun bangsa yang bersatu dan maju, kita perlu meninggalkan pandangan sempit tentang identitas dan merayakan keberagaman yang kita miliki.

  Intinya, konsep "pribumi" adalah sebuah konstruksi sosial yang dibuat oleh penjajah untuk menguasai dan memecah belah masyarakat Indonesia. Kita perlu melepaskan diri dari belenggu masa lalu dan membangun masa depan yang lebih inklusif dan adil.

 "Jangan sampai kita ngaku kekinian, tapi masih bermental kekunoan"

Sumber : https://youtu.be/zDh5r2jbI18?si=mZxG-5Ngy7i3eg05


Blog ke 1

Vlog ke 11 Suku Jawa

  Hallo teman teman 👋🏻👋🏻 Divideo kali ini kami membahas tentang kota Jakarta dulunya bernama Batavia. Yuk simak video nyaa🤗🤗 Anggota k...